SULTAN HB ADALAH KOENTJI
Oleh : Erlangga Seno
Pertemuan Ganjar dengan Sultan Hamengkubuwono X bukan hal yang biasa. Ada isyarat khusus, yang bisa dipetik dari pertemuan tersebut.
Sebab Sultan Hamengkubuwono adalah tokoh yang bertuah di tanah Jawa. Pengaruhnya besar, sehingga siapapun yang mendapat dukungannya sebagai Capres, berpotensi menang dalam kontestasi.
Karena memang Jawa adalah kunci, begitu pula Sultan Hamengkubuwono X ini.
Bagi sebagian orang, mungkin itu cuma mitos, atau mungkin terkesan konyol. Tapi ungkapan tersebut benar adanya.
Contohnya pada Pemilu 2004 lalu yang dimenangi oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Saat masih berstatus calon, dia-lah yang paling rutin menemui Sultan HB X, sedangkan Capres lain seperti Wiranto dan Amien Rais hanya sekali saja.
Sepuluh tahun kemudian, langkah SBY diikuti oleh Jokowi. Dia mendatangi Sultan HB X pada 2 Juni 2014, dan disusul Prabowo pada 1 Juli 2014.
Alhasil, Jokowi berhasil mengalahkan Prabowo, dan resmi menjadi Presiden Indonesia. Pada periode kedua juga begitu, dia juga mendatangi Sultan HB X lebih dulu dari Prabowo, sebelum kemudian kembali terpilih menjadi Presiden.
Perkara dukungan, Ganjar satu-satunya Capres yang ketiban pengaruh positif dari pemimpin kesultanan itu. Berbeda dengan Anies atau bahkan Prabowo yang justru sebaliknya.
Posisi Prabowo sangat ironis daripada Ganjar saat ini. Dia sebenarnya tidak diuntungkan secara politik, meskipun punya pasukan pengusung yang trengginas.
Sebab, barisan pendukung Prabowo ini sudah terkavling menjadi beberapa bagian, yang itu berdampak negatif pada pencapresannya.
Jika bicara Jawa, hampir bisa dipastikan, dukungan kepada Prabowo tidak akan sebesar Pilpres 2014 dan 2019 lalu. Sebagian pendukung dan pemilihnya sudah minggat ke Anies, dan Ganjar.
Apalagi bicara Yogya. Kurenah Ade Armando yang menyontohkan Yogya sebagai bentul riil dari politik dinasti, membuat Prabowo tidak lagi menjadi pilihan. Karena Ade adalah PSI, dan PSI adalah bagian dari koalisi Prabowo.
Yang paling mungkin bisa menikmati pertarungan di basis pemilih yang jumlahnya puluhan juta orang itu ya Anies dan Ganjar. Dan jika keduanya bertarung, menurut catatan survei dan kemungkinan-kemungkinan elektoral, Ganjar lebih diunggulkan.
Sebab di Jawa, massa pendukung Partai Demokrasi Indonesia - Perjuangan sangat besar dan militan, yang tentunya akan sulit ditandingi oleh pengusung Koalisi Perubahan tersebut.
Kalaupun Anies juga mengikuti jejak Ganjar menemui Sultan, belum tentu juga dia akan mendapatkan hal yang sama, seperti yang dukungan yang diperoleh Ganjar.
Karena jika dibaca dari jejak keduanya, Anies tidak punya kedekatan yang sehangat Ganjar dengan Sultan Hamengkubuwono X. Jadi akan sulit bagi Anies, menapaki peluang-peluang yang agaknya dimiliki oleh Ganjar hari ini.
Yang sangat dikasihani adalah Prabowo. Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana dia nanti jika hasil Pemilu tidak sesuai dengan yang dia harapkan. Pengaruh Jokowi, dan Gibran ternyata tidak bisa mengantarkannya ke puncak kekuasaan.
Malang benar memang. Sebab ini adalah Pilpres terakhirnya, yang tak mungkin semua peluang-peluang yang dia miliki hari ini akan terulang lagi di kemudian hari.
Kecuali jika Prabowo masih getol, dan kembali bertarung di Pilpres 2029.
Comments
Post a Comment