𝐈𝐦𝐩𝐨𝐫 𝐉𝐮𝐭𝐚𝐚𝐧 𝐒𝐚𝐩𝐢 𝐃𝐞𝐦𝐢 𝐏𝐫𝐨𝐠𝐫𝐚𝐦 𝐒𝐮𝐬𝐮 𝐆𝐫𝐚𝐭𝐢𝐬? 𝐑𝐞𝐦𝐮𝐤 𝐁𝐨𝐥𝐨!!!
Beredar video cawapres 02 Gibran Rakabuming Raka saat diwawancarai wartawan perihal program susu gratis yang akan didatangkan dari mana, atau lebih tepatnya mengambil sapi dari mana guna memenuhi kebutuhan susu gratis itu.
Tapi siapa sangka jika pertanyaan ringan yang dilontarkan wartawan sama sekali tak dijawab Gibran. Bukannya menjawab dengan lugas, justru pasangan duet Prabowo tersebut hanya menjawab sekenanya dengan respon “𝐸𝑒 𝑑𝑎ℎ 𝑦𝑎” sembari mengatupkan kedua tangan untuk pamitan.
Melihat reaksi cawapres yang digadang-gadang sebagai representasi anak muda ini malah membuat barisan darah muda tertawa terbahak-bahak, sebab laku Gibran sama sekali tidak mewakili suara dari anak muda itu sendiri.
Usut punya usut, baru-baru ini tersiar kabar bahwa untuk memenuhi program susu gratis yang dibawakan Prabowo-Gibran akan mendatangkan jutaan sapi, alias import 1,5 juta sapi perah guna mencukupi kebutuhan program pemberian susu gratis untuk anak-anak.
Maybe, alasan kubu 02 berencana akan mengimport sapi dari luar lantaran negara Indonesia sendiri belum mampu memenuhi pasokan susu sapi bagi puluhan juta anak Indonesia. Bahkan Prabowo saja telah mengkalkulasikan jika kebutuhan susu gratis diperkirakan mencapai 40 juta liter.
Saya rasa selain program makan gratisnya yang terus menuai kontra karena terkesan ngaco dan kurang efektif mengatasi stunting, planning untuk import sapi juga bukan solusi jitu.
Sederhananya, OKE-lah dengan mengimpor sapi akan memudahkan terlaksananya program susu gratis. Akan tetapi juga perlu di ingat, bagaimana nasib peternak susu perah lainnya, akankah sapi penghasil susu mereka juga akan digunakan, bilamana sapi impornya saja sudah memenuhi target penyelenggara?
Pun perlu dipertanyakan pula, hasil susunya akan diolah dimana. Apakah di PT. Susu Nusantara? Yang mana perusahaan tersebut diyakini milik Prabowo Subianto, dan sebelumnya dikendalikan oleh tangan kanan Prabowo, yakni Fadli Zon.
Seandainya benar, sama saja dengan menyejahterakan kroni di sekeliling Prabowo lagi. Layaknya program food estate, dimana PT. Agrinas sebuah perusahaan tanpa rekam jejak jelas yang bergerak dalam pengembangan perkebunan mengepung proyek PSN, dan berakhir mangkrak. Kabar terakhirnya, lumbung pangan berupa singkong itu kini ditanami jagung di polybag.
Mungkin tujuannya guna menutupi kegagalan Menhan, dan seolah-olah menumbuhkan tanaman lain supaya masyarakat mengira sekaligus percaya bahwa Prabowo berhasil menjalankan program itu. Padahal aslinya gatot (gagal total).
Kalo ditelisik lagi, sebenarnya Indonesia ini sudah banyak mengimpor bahan pangan. Seperti beras, bawang, garam, daging, gula dan susu. Sedangkan Indonesia saja sebenarnya bisa menghasilkan itu sendiri, apabila pemerintah dan rakyatnya kompak.
Apalagi ditengah disrupsi seperti ini, dimana perang Rusia-Ukraina sangat mempengaruhi kegiatan impor dunia. Dan itu akan berimbas pada kerentanan ketahanan pangan Indonesia makin bergejolak, hingga terjadinya krisis pangan.
Oleh sebab itu, mulai dari sekarang Indonesia harus bisa menghasilkan kedaulatan pangan sendiri, dan mengurangi ketergantungan terhadap negara lain. Ingat, Indonesia itu negara Gemah 𝑅𝑖𝑝𝑎ℎ 𝐿𝑜ℎ 𝐽𝑖𝑛𝑎𝑤𝑎𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑜 𝑇𝑒𝑛𝑡𝑟𝑒𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑡𝑜 𝑅𝑎ℎ𝑎𝑟𝑗𝑜. Yang berarti masyarakat dan wilayahnya subur, makmur, tertib, tentram, sejahtera sekaligus berkecukupan segala sesuatunya.
Begitu pula dengan susu, memang kalo dipikir-pikir persediaan susu lokal belum memenuhi kebutuhan untuk program susu gratis Prabowo. Akan tetapi keberadaan sapi lokal juga jangan dilupakan, berdayakan mereka supaya beranak pinak dan mencukupi target susu, itupun jika Prabowo-Gibran menang. Mengingat banyak publik mulai sadar jika keduanya hanya mengandalkan dukungan Jokowi saja, tanpa peduli gagasan dan program yang dibawanya visioner untuk masa depan atau tidak.
Apabila semuanya impor, bagaimana dengan nasib petani dengan pengembala kita? Itu juga harus dipikirkan dan dipertimbangkan, jangan hanya grasa-grusu dalam mengambil langkah.
Sejatinya menjadi kepala negara itu harus berlaku adil dalam memberi kesejahteraan, jangan hanya orang-orang di kanan-kirinya saja yang diperhatikan. Pedulikan juga rakyat, karena merekalah yang sebenarnya majikan, bukan pesuruh yang melulu didikte untuk membuat kenyang perut pemimpinnya serta memberikan kejayaan buat petingginya.
Pesan saya, lahirkan program yang jelas bermanfaat dan dapat dirasakan oleh banyak orang. Jangan malah menguntungkan pihak luar dengan melakukan impor sapi sampai jutaan lebih, tapi membebani rakyat sendiri.
Daripada membuang-buang anggaran negara senilai 400 triliun lebih (belum dihitung dengan impor jutaan sapi), baiknya prioritaskan program lain seperti pendidikan, membuka lapangan pekerjaan lebih luas, buat ruang eksplorasi untuk anak muda, majukan UMKM, dan lainnya. Semua itu jelas akan dinikmati rakyat dan membantu mereka untuk lebih berdaya dan bahagia.
Rika Sudjiman
Comments
Post a Comment