SAYA TIDAK RELA TNI KITA BERTEMPUR DAN MATI SIA-SIA
“Saya membela TNI kita. Saya bersama mereka. Saya berkeliling Indonesia, mampir bertemu di rumah-rumah mereka, di asrama-asrama mereka. Maka kami tidak mau mereka bertempur dan mati sia-sia. Saya tidak rela!!
Perencanaan buttom up itu adalah betul-betul sebuah perencanaan yang mereka inginkan, mereka harapkan, dan mereka bisa menggunakan dengan sangat efektif”.
Kalau hanya ngomong tanpa bukti konkret, mana bisa dibuktikan? Selorohan itu yang muncul dalam pikiran saya, ketika mendengar pemaparan cadas dari seorang Ganjar Pranowo soal ketegasannya membela TNI.
Tapi beda jauh dengan Prabowo yang terkesan tidak tahu kondisi di lapangan. Walaupun Ganjar bukan spesialisasinya dunia militer tapi dia sangat memperhatikan urusan para abdi negara, karena mereka adalah pagar negara yang melindungi rakyat dari ancaman luar luar. Mereka yang maju pertama kali saat negara kita diserang pasukan luar negeri. Tidak boleh kita mengabaikan kebutuhan yang memang menunjang profesi mereka.
Maka kesejahteraan mereka juga tidak boleh diabaikan. Entah itu dalam kebutuhan dalam melindungi negara maupun kebutuhannya sehari-hari. Di dalam kesatuan saja, alutsista perlu diperkuat, cita-cita negara untuk mendirikan perusahaan alutsista harus dikembangkan. Alutsista ini juga bagian dari aset negara, investasi yang nantinya dipakai sampai bertahun-tahun.
Jadi kelengkapannya dan kualitasnya harus yang memadai. Bukan kelasnya jika anggaran bengkak hnaya karena belanja alutsista bekas secara besar-besaran. Karena selain membuat bengkak dana negara, biaya untuk perawatannya juga super besar.
Jadi sama-sama keluar anggaran negara, kenapa tidak yang baru sekalian, yang perawatannya tidak membutuhkan biaya ekstra. Cukup dengan biaya seperti biasanya. Tapi pola pikir seperti itu justru tidak hinggap dalam benak Prabowo.
Banyak alasan dilontarkan olehnya, seperti hal yang menajadi prioritasnya saat ini adalah usia dari alutsista itu. Itu hanya alasan saja, karena pada umur pesawat Mirage 2005, normal penggunaannya kurang-lebih hanya 10 tahun. Belum lagi dpangkas untuk proses administrasinya yang lama.
Pantas jika Ganjar menyebut Prabowo terlalu gegabah hingga akibatnya rencana pembelian pesawat bekas dari Qatar itu dihentikan atau malah dibatalkan. Karena memang lebih banyak merugikannya daripada manfaatnya.
Di sisi lain, Ganjar mulai menyinggung tentang pentingnya mewujudkan kemandirian ekonomi yang juga bagian dalam perusahaan itu adalah mimpi besar pendiri bangsa. Dari sana pula kedaulatan ekonomi dalam bidang petahanan, kemaanan dan problem geopolitik bisa teratasi.
Satu contohnya yang sudah bertahan hingga hari ini ada PT Pindad yang memproduksi berbagai macam alutsista. Lalu ada PT Sri Rejeki Isman Tbk atau biasa dikenal dengan nama Sritex, yang memproduksi atribut militer dan sudah terkenal memproduksi atribut militer untuk negara besar di benua besar, Asia hingga Eropa.
Tidak boleh ditinggal walaupun tahun berdirinya sudah lama, harus dimaksimalkan dengan kerjasama dengan menhan. Bukan justru Menhannya yang belanja atribut dan kerjasamanya dengan luar negeri. Sama saja tidak membantu negara, seperti yang kemarin disentil Presiden Jokowi terhadap Menhan Prabowo.
Pak Jokowi sudah mengungkapkan bahwa untuk alutsista kita yang memang belum mampu digarap hanya pesawat, maka yang selain itu bisa diberdayakan lagi dari dalam negeri. Selain melarisi produk sendiri, cinta produk dalam negeri hingga menjadi branding dari produk negara sendiri adalah tujuan Indonesia untuk mandiri dalam berbagai hal.
Sehingga tidak melulu harus import, import dan import. Sampai hari ini banyak pengusaha yang terus menunjukkan karyanya untuk memproduksi atribut militer, seperti baju seragam sampai ke sepatu yang sudah berstandar. Jokowi sudah membukakan mata yang lebar lewat sentilan kepada Prabowo beberapa bulan lalu. Ya itu adalah bagian dari menumbuhkan ekonomi negara.
Yang paham persoalan ini justru Ganjar, lewat pemaparan gagasan yang di atawarkan berdasarkan kondisi real di lapangan. Bukan hanya rakyat biasa yang butuh uluran tangan pemerintah, tapi juga mereka barisan TNI.
Bukan hanya kebutuhan dalam bertugas saja tapi salah satu kebutuhan hidup dalam menyekolahkan anaknya juga ditawarkan Ganjar. Pendidikan gratis adalah bekal untuk generasi muda. Bukan hanya gaji yang naik, karena itu hal wajar, sudah diikuti juga dengan perkembangan zaman yang membuat kebutuhan pokok juga ikutan naik.
Tapi kalau ilmu yang diwariskan, tidak akan ada habisnya, justru dia berkembang untuk membangun bangsa dan negara. Kalau sudah begitu masih mau pilih yang kaleng-kaleng, dengan modal janji manis dan rencana saja?
Sudah, pilih yang pasti-pasti saja, rekam jejaknya Ganjar lebih menjanjikan. Trek recordnya konsisten dalam berucap tidak dimiliki dua capres lainnya. Jadi sudah Jelas, capres yang pas untuk melanjutkan program baik Jokowi dan memperbaiki yang belum tepat hanya Ganjar seorang.
Nikmatul Sugiyarto
Comments
Post a Comment